Monday, January 22, 2018

Mengenal Suku Singkil & Bahasa Singkil Part-III

 

Hasil gambar untuk tari dampeng

Tari Dampeng Suku Singkil

Oleh karena hal itu maka seolah-olah bahasa Singkil dirasa ”lebih rendah" atau "lebih kolot" dari bahasa “malayu randah" sehingga dalam lingkungan masyarakat. Keluarga dan anak-anaknya selalu berbahasa "melayu randah". Meskipun ibunya orang Singkil ataupun bapaknya yang orang Singkil. Malah sebahagian orang Singkil merasa "malu" menggunakan bahasa Singkil.

Yang lebih memprihatinkan lagi orang Singkil sendiri: termasuk para elitnya (politik dls) menyebut bahasa Singkil dengan “bahasa kampong” dan malah bahasa “melayu randah" mereka sebut sebagai bahasa Singkil.

Yang lebih celaka lagi ialah dalam buku “INFORMASI SINGKAT KABUPATEN ACEH SINGKIL" yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil Dinas Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga pada Tahun 2002 pada halaman 2, sama sekali tidak disebutkan etnis Singkil. Tapi etnis "ulu singkil" sesuai dengan "istilah Belanda" guna kepentingan devide et emperanya: malah kesenian yang ditonjolkan ialah Tor-tor dan Situmba sedangkan kesenian orang Singkil sama sekali tidak disebutkan pada halaman 2 tersebut. Dan last but not least orkes gambus Lae Souraya yang terkenal di Aceh yang ada di Runding tidak masuk dalam daftar kesenian di akhir buku.

Padahal orkes tersebut pernah keliling Aceh dalam rangka kampanye Golkar. bermain pada PKA IV di Banda Aceh serta pernah mendapat bantuan dari pemda Aceh Singkil melalui Kepala Dinas Kebudayaan. Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Singkil yang menanda tangani buku tersebut ialah Drs. H. Abdul Gani Berutu. Kita tidak tahu apakah hal ini dimonitor oleh kalangan DPRD Aceh Singkil atau tidak. Wallahu a'lam bisshawab.

Tetapi yang jelas usaha Belanda ternyata memang benar-benar mangkus dan sangkil (efektif dan efisien) yang hampir permanen.

Apabila kita menelusuri sungai Singkil dari muaranya arah ke hulu maka sesampainya kita di kampong Pemuka kita menjumpai persimpangan sungai yang bercabang dua. Yang ke kanan itulah yan disebut Cinendang dan yang ke kiri disebut Souraya; yang dahulu dikenal dengan Kecamatan Simpang Kanan dan Kec. Simpang Kiri. Cinendang berpusat di Lipat Kajang dan Souraya berpusat di Pasar Rundeng. Pada jaman dahulu dalam wilayah Singkil hanya ada dua pasar yaitu Pasar Rundeng dan Pasar Singkil.

Belakangan oleh Belanda dibuat Rimo untuk kepentingan maskapai mereka yang ternyata sekarang lebih besar dan maju daripada Lipat Kajang.

sumber steemit.com

No comments:
Write comments