Tuesday, February 11, 2020

Agus Pewaris Ke 13 Pemegang Tongkat Syekh Abdurrauf As Singkili

 

Masa Konflik, Peti Tongkat Syekh Abdurrauf As Singkili Sempat Dicurigai Senjata Laras Panjang
Tongkat besi berulir Syekh Abdurrauf As Singkili ditaruk dalam kotak kaca di rumah Agus Cibro, di Desa Silatong, Kecamatan Simpang Kanan, Aceh Singkil, Senin (10/2/2020).


Ada kisah unik dialami keluarga Agus Cibro (51), sebagai pemegang tongkat dan Alquran tulisan tangan Syekh Abdurrauf As Singkili. Agus merupakan pewaris ke-13 pemegang tongkat dan Alquran tulisan tangan Kadhi Malikul Adil pada Kerajaan Aceh Darussalam semasa Ratu Syafiatuddin Syah tersebut.

Pada masa konflik berkecamuk di Aceh, aparat kemanan sempat mencurigai peti tongkat merupakan senjata laras panjang. Sedangkan peti Alquran merupakan pelurunya.

Memang sekilas peti tongkat panjang.  Bagi yang tak mengetahui isi dalamnya, bisa berprasangka lain, apalagi digembok, sehingga sulit dibuka.

Begitu juga dengan peti Alquran. Aparat yang mendatangi meminta membukannya, tentu saja dengan siaga penuh.

“Minta dibuka dikira senjata,” kata Agus Cibro, Senin (10/2/2020) sore, mengenang masa pahit getirnya konflik bersenjata di Aceh. Setelah dibuka barulah serdadu bersenjata lengkap mempercayainnya.

Bahkan sang komandan bersama anak buahnya membantu merapikan Alquran yang mulai terlepas dari rajutan itu.

Tongkat besi berulir dan Alquran tulisan tangan Syekh Abdurruf itu, disimpan di rumah Agus Cibro di Desa Silatong, Kecamatan Simpang Kanan, Aceh Singkil.

 Quran tulisan tangan Syekh Abdurrauf As Singkili yang disimpan di rumah Agus di Desa Silatong, Simpang Kanan, Aceh Singkil. Foto direkam, Senin (10/2/2020)

 
Quran tulisan tangan Syekh Abdurrauf As Singkili yang disimpan di rumah Agus di Desa Silatong, Simpang Kanan, Aceh Singkil. Foto direkam, Senin (10/2/2020)   (SERAMBINEWS.COM/DEDE ROSADI)
Ulama masyhur

Seperti diberitakan Serambinews.com sebelumnya, Syekh Abdurrauf As Singkili, dikenal sebagai ulama masyhur dengan keilmuan agama Islam yang luas.

Ia adalah penulis tafsir Quran pertama berbahasa melayu dan ahli tasawuf.  Sederet karyanya menjadi bahan rujukan.

Ulama masyhur tersebut merupakan kelahiran Aceh Singkil. Inilah yang menjadi landasan Kabupaten itu, acap disebut sebagai tanah batuah.

Apa saja jejak Syekh Abdurrauf di Aceh Singkil? Berikut penelusuran Serambinews.com, Senin (10/2/2020).

Rumah kayu sederhana di Desa Silatong, Kecamatan Simpang Kanan, Kabupaten Aceh Singkil, milik Agus Cibro (51).  Rumah ini menjadi tempat penyimpanan warisan Syekh Abdurrauf As Singkili.

Benda pusaka peninggalan Mufti (Penasihat Agung) Kerajaan Aceh masa Sultanah Syafiatuddin Tajul Alam tersebut, tongkat besi ulir dan Quran tulisan tangan Syekh Abdurrauf As Singkili 

Sudah empat tahun peninggalan Syekh Abdurrauf Bin Ali Al-Fansuri, tersimpan di rumah dekat jembatan Silatong tersebut.

“Sama aku sejak 2016 bulan satu (Januari),” kata Agus didampingi sang istri Darmawati br Barus, Senin (10/2/2020) sore. Tongkat besi dibungkus kain putih itu diletakan dalam kotak kaca.

Tidak cukup hanya itu, kotak kaca berisi tongkat ditaruh dalam peti kayu memanjang, kemudian digembok.

Perlakuan itu, demi menjaga agar tak mudah rusak termakan zaman. Tongkat besi berwana hitam itu panjangnya semeter lebih. Hal ini menunjukkan pemiliknya memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Agus yang mencoba mempraktikkan memegang tongkat, tak bisa memegang bagian pegangan.

Oleh karena itu, tongkat harus dijulurkan ke depan.

“Memang cara pegangnya seperti itu,” ujar Agus. Bagian tongkat terbagi tiga bentuk.

Gagang berbentuk bulat lebih besar dari jempol dewasa, batangnya berupa besi ulir dan bagin ujung runcing. Secara keseluruhan bentuk tongkat dari atas ke bawah makin mengecil seperti bentuk lidi.

Ketika coba memegang, tongkat seperti besi umumnya, terasa berat dibanding benda lain dengan ukuran serupa. Walau sudah berusia empat abad lebih, tongkat besi tidak berkarat.

Malah terlihat mengilat. Perlakuan serupa juga dilakukan untuk Alquran yang ditulis tangan Syekh Abdurrauf As Singkili. 

Alquran ini dibungkus kain putih dalam kotak kaca. Selanjutnya kotak kaca diletakan dalam peti kayu yang dibungkus kain sarung.

Pembedanya peti kayu penyimpanan Alquran ini berbentuk persegi empat. Kalimat dalam Alquran itu masih terlihat jelas, kendati ayatnya yang dilingkar mulai pudar.

Pada pinggir tulisan dibuat garis warna hitam dan merah. Setelah dibuka beberapa bagian surat telah hilang. Begitu juga dengan lembaran Alquran, ada yang mulai termakan usia.

Alquran tidak lagi berjilid. Namun sebagai penggantinya dipasang jilid dari plastik transparan warna biru dengan perekat.

Harus bawa kain putih

Sore itu Serambinews.com yang datang bersama anak muda penyuka sejarah, Aini, Andri dan Agus boleh jadi paling beruntung.

Setelah wudhuk, tuan rumah membebaskan kami membuka peti, memegang tongkat dan membaca Aquran tulisan tangan sang aulia itu.

Kendati kami tidak bawa kain putih sebagai syarat. Bagi yang ingin melihat dan memegangnya bisanya membawa kain putih.

Kain itu merupakan pengganti bungkus kain putih yang telah dipegang tangan. Kebiasaan mengganti kain pembungkus setelah dipegang tersebut, dilakukan agar kain pembungkus tetap bersih sehingga tidak mempengaruhi tongkat besi.

“Biasanya bawa kain putih, tapi untuk kalian tidak apa-apa, nanti aku yang ganti masih ada banyak kain putih,” ujar Agus sambil senyum. 

Tongkat besi berulir peninggalan Syekh Abdurrauf As Singkili yang disimpan di rumah Agus di Desa Silatong, Simpang Kanan, Aceh Singkil, Senin (10/2/2020)
Tongkat besi berulir peninggalan Syekh Abdurrauf As Singkili yang disimpan di rumah Agus di Desa Silatong, Simpang Kanan, Aceh Singkil, Senin (10/2/2020)
Tongkat besi berulir peninggalan Syekh Abdurrauf As Singkili yang disimpan di rumah Agus di Desa Silatong, Simpang Kanan, Aceh Singkil, Senin (10/2/2020) (SERAMBINEWS.COM/DEDE ROSADI)


Generasi ke-13

 Agus Cibro merupakan generasi ke-13 sebagai pemegang tongkat dan Alquran tulisan tangan Syekh Abdurrauf As Singkili.

Sebelumnya dipegang almarhum ayahnya Lambung. Meski ia anak kedua dari tiga lelaki bersaudara, namun tetap Agus yang dipercaya memegang dua benda pusaka itu.

“Berdasarkan hasil rapat keluarga, tongkat dan Alquran disimpan di tempat aku,” kata Agus, Senin (10/2/2020) sore.

Pria 51 tahun ini, tidak mengetahui nama lengkap silsilah pemegang tongkat dan Alquran sebelumnya. Ia hanya hafal namanya sampai ke sang kakek yang bernama Wasir.

“Aku tidak hafal. Sama aku ini merupakan generasi ke-13,” jelasnya. Mengenai pengetahuan tongkat dan Alquran merupakan peninggalan Syekh Abdurrauf, didapat dari cerita turun temurun orang tuannya.Bagi Agus menjaga peninggalan dua benda itu jauh lebih penting.

“Saya sampaikan sama istri biarlah perut kosong asal terjaga warisan ulama ini,” kata Agus. Menurutnya yang ingin melihat tongkat dan Alquran sudah sering datang.

Mereka berasal dari berbagai kalangan dalam daerah dan luar daerah. Bagi yang ingin melihat Agus mempersilahkan datang ke rumahnya setiap hari Senin dan Jumat.

sumber aceh.tribunnews.com

No comments:
Write comments